Terdapat tiga jenis energi utama yang digunakan di rumah tangga, yaitu energi listrik, gas, dan bahan-bakar minyak (BBM). Listrik digunakan untuk penerangan dan mengoperasikan berbagai peralatan rumah, gas untuk memasak, dan BBM untuk memasak dan menjalankan kendaraan bermotor.
Pada satu sisi kebutuhan akan ketiga jenis energi tersebut semakin meningkat seiring kualitas hidup masyarakat yang makin baik, namun di sisi lain keamanan suplai ketiga jenis energi tersebut semakin tidak pasti. Krisis energi berkepanjangan yang dialami Propinsi Riau adalah masalah fundamental.
Ketergantungan yang tinggi pada minyak bumi dan gas yang merupakan energi fosil memiliki beberapa dampak negatif, antara lain beban ekonomi yang ditanggung masyarakat makin berat disebabkan harga energi fosil yang makin mahal dan emisi gas rumah kaca yang meningkat dari pembakaran bahan bakar fosil.
Kunaifi, ST., PgDipEnSt., MSc., salah satu dosen di Jurusan Teknik Elektro, sedang melakukan penelitian dengan merancang rumah mandiri energi yang dapat menyediakan suplai energi seperti listrik dan gas secara mandiri dengan memanfaatkan sumber energi dari alam. Keunggulan konsep ini adalah karena tidak menggunakan bahan bakar fosil (baik secara langsung maupun tidak langsung), sehingga diharapkan lebih ekonomis, ramah lingkungan, dan suplai terjamin.
Penelitian yang melibatkan mahasiswa semester akhir, Devi Nuryadi, meliputi studi teknis dan ekonomi dengan mengambil tempat di Desa Kuala Lala, sebiah desa di Kecamatan Sei Lala, Kabupaten Indragiri Hulu (INHU), Riau yang hingga saat ini belum terjangkau jaringan listrik PLN. Saat ini sebagian besar masyarakat desa Kuala Lala menggunakan lampu minyak tanah (kerosene) untuk penerangan, sementara penduduk yang secara ekonomi lebih beruntung memiliki generator diesel. Sedangkan untuk memasak, sebagian besar pendukuk menggunakan kayu bakar.
Penduduk memasak dengan kayu bakar | Lampu penerangan di Kuala Lala – Petromax | Lampu penerangan di Kuala Lala – lampu tempel | Lampu penerangan di Kuala Lala – lampu pelita |
Kunaifi menjelaskan bahwa rumah mandiri energi yang dirancangnya bersama mahasiswa akan mengunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk memenuhi kebutuhan listrik dan biogas dari kotoran sapi untuk kebutuhan gas. “Walaupun disebut rumah mandiri energi, kami baru melihat kebutuhan listrik dan gas untuk memasak, sedangkan kebutuhan BBM tidak termasuk,” imbuhnya.
Penelitian ini ditargetkan selesai pada pertengahan Juli 2011.
Beberapa foto kegiatan penelitian dapat dilihat di bawah ini.
Devi Nuryadi bersama penduduk di depan kandang sapi |
Jalan menuju Desa Kuala Lala |
Sungai di Kuala Lala |
Devi Nuryadi dan warga desa | Ternak sapi di Kuala Lala | Biogas digester |
Kompor biogas | Kotoran sapi | Kebun sayur |