Sumber : Tekno Tempo.co
Washington D.C. – Untuk menciptakan robot yang supercanggih pada masa depan, militer Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan investasi sebesar US$ 900 juta (setara dengan Rp 11 triliun). Melalui investasi tersebut, The Defense Advanced Research Project Agency (DARPA), badan di bawah Departemen Pertahanan Amerika, akan menciptakan enam program baru dalam empat tahun ke depan.
Tiga program akan mengembangkan dari segi material dan integrasi, circuit design, serta arsitektur sistem. Satu program lagi akan berfokus pada menaikkan kekuatan pemrosesan prosesor yang selama ini berbasis pada Hukum Moore. Sekadar informasi, Hukum Moore merupakan salah satu hukum yang terkenal dalam industri mikroprosesor yang menjelaskan tingkat pertumbuhan kecepatan mikroprosesor.
Hukum ini diperkenalkan Gordon E. Moore, salah seorang pendiri Intel. Dia menyatakan kompleksitas sebuah mikroprosesor akan meningkat dua kali lipat setiap 18 bulan sekali.
Menurut Bill Chappell, Direktur Microsystem Technology Office DARPA, hukum Moore telah menyetir industri teknologi selama lebih dari 50 tahun terakhir. “Hukum ini secara tak langsung ‘menuntut’ pengembangan teknologi yang terus-menerus,” ujar dia. “Prediksi Moore telah terbukti akurat.”
Meski akurat, banyak kendala yang muncul belakangan ini dan akhirnya menempatkan teknologi chip di titik jenuh. Menurut Chappel, penyebabnya adalah melejitnya biaya produksi dan keterbatasan pengembangan. “Butuh banyak penelitian baru,” ujarnya. Dengan investasi ini, dia berharap teknologi microchip kian tumbuh pada abad-abad mendatang.
Investasi ini merupakan lanjutan dari pengumuman Pentagon pada Juni lalu. Saat itu, Pentagon berencana menginvestasikan sejumlah dana untuk pengembangan chip “otak” yang memungkinkan kehidupan manusia selalu terhubung dengan komputer. Chip tersebut nantinya memungkinkan untuk membuat sistem kecerdasan buatan yang supercanggih dan menghasilkan berbagai teknologi otonom, antara lain pesawat, mobil, dan medis.
Meski demikian, bukan berarti kecerdasan buatan bakal mengambil alih kegiatan manusia. “Sebaliknya, manusia dan artificial intelligence akan saling melengkapi,” kata Laura Hass, ilmuwan komputer dan Direktur Penelitian IBM Research Accelerated Discovery Lab. Menurut dia, AI akan menjadi mitra manusia yang andal, mirip Data–si Android dalam serial televisi Star Trek: The Next Generation.
Selama ini, banyak orang khawatir akan masa depan robot yang berpotensi memperbudak manusia. Itu karena kemampuan robot dapat melampaui manusia dalam banyak hal, seperti melakukan penghitungan matematika secara cepat. Hanya, menurut Hass, dominasi ini lebih bermanfaat kalau diarahkan ke ranah big data.
Big data terus berkembang setiap hari. Setiap hari, data global yang dibuat mencapai 2,5 eksabita (1 eksabita setara dengan 1 miliar gigabita).”Setiap sembilan tahun berkembang dua kali lipat, dan saat ini 90 persen data dari seluruh dunia sudah terkumpul,” ujar Hass.
Dalam kompetisi pada bidang pengolahan semua informasi tersebut, Haas mengatakan, komputer memang belum bisa disaingi. Dia berseloroh, “Kecerdasan buatan bahkan bisa mendeteksi ‘malaikat maut’.”
Simak kabar terbaru tentang teknologi buatan Amerika Serikat hanya di kanal Tekno Tempo.co.
DAILY MAIL | FUTURE TECHNOLOGIES CONFERENCE | LIVE SCIENCE
**(H16)